ANALIS JURNAL – Kisah hidup Sokoco (43), pengrajin batu bata ini patut menjadi contoh. Meski hidup serba terbatas, namun pria ini tetap mejarut asa demi keluarga melalui profesinya. Penghasilan tak menentu, membuat pria asal Desa Bintunan Kecamatan Batiknau ini, harus lebih memutar otak demi dapur tetap mengepul.
Dibincangi Analis Jurnal, Sokoco mengutarakan sikap optimisnya demi keluarga. Ia mengaku sudah 10 tahun mengeluti usaha cetak batu bata. Ia menjamin, bata yang ia produksi memiliki kualitas baik.
“Alhamdulillah, produksi batu bata yang kami buat selalu habis terjual. Namun tentu penghasilan ini tidak menetap. Pasang surut pasti akan terjadi,” katanya
Ia mengaku, kendala dalam usahanya saat ini tentang tenaga kerja. Tak banyak orang yang ingin bekerja sepertinya. Pekerjaan mencetak batu bata, termasuk pekerjaan kasar dan berat.
“Harapan saya, ada turut andil pemerintah memikirkan nasib pekerja kasar seperti saya. Yang saya butuhkan alat cetak batu bata. Untuk membeli secara pribadi, sangat tidak mungkin,” pintanya.
Kepala Desa Bintunan, Amiril Mukminin mengapresiasi etos kerja yang ditunjukan Sukoco. Ia pun memastikan akan berupaya membantu memfasilitasi harapan Sukoco dan warga seprofesi demi usahanya semakin eksis.
“Akan kami koordinasikan ke dinas terkait. Sembari mengusulkan bantuan kepada para pelaku usaha cetak bata, termasuk Sukoco,” tandasnya. (Egp)